Pada kehidupan petani dikenal dengan dua kehidupan keluarga :
1. Keluarga Batih (keluarga kecil) atau Nuklir Famili
Yaitu suatu bentuk keluarga yang terdiri dari satu ayah dan satu ibu bersama dengan anak-anaknya.
2. Keluarga Besar (ekstendeid Famili)
Yaitu suatu bentuk keluarga yang terdiri dari seorang ayah, seorang ibu dengan anaknya beserta keluarga yang lainnya. Contoh kecil, kalau di Sumatera disebut marga, Asalnya dri suatu bentuk keluarga yang bersatu dengan yang lainnya. Contoh keluarga yang lainnya yaitu bibi, bibi dan lain sebagainya.
3. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan petani desa hubungan sosial sangat erat sekali, berkembang yaitu rasa persatuan gotong royong, hubungan sosial orang sunda (tulung pinulung), sambat sinambat dll. Ciri lain adalah Hirarki. Didasarkan dari dua hal :
a. Lama tidaknya tinggal di daerah tersebut
Yang paling lama tinggal di daerah tersebut sering disebut kabuyutan, mereka sangat di hormati daripada pendatang baru.
b. Berdasarkan kepemilikan tanah.
Lebih dihormati daripada penggarap atau buruh petani kerja. Ada yang disebut pemilik tanah yang bertani dan pemilik tanah yang berdasi. Tentunya pemilik tanah sangat dihormati. Pada zaman sekarang, hasil panen sawah tersebut dibagi hasil, sistem buruh, cenderung hidup diperkotaan.
Permasalahan kehidupan petani akan bahagia apabila panennya berhasil. Tetapi ketika panennya gagal petani tidak bahagia.mereka bingung, sementara sepengetahuan petani dalam bertani tidak menjadi ilmu pengetahuan, tetapi hanya sekedar tau saja. Kalau zaman dahulu para petani, setiap kejadian yang mengancam tanamannya selalu dikaitkan dengan mistis dan belum dijadikan ilmu pengetahuan. Mereka hanya menyerahkan pada alam saja.
Ketika petani menghadapi permasalahan, mereka cenderung lari ke hal-hal yang berbau mistik. Ada dua faktor permasalahan dalam bertani :
1. Faktor Wajar
Adapun faktor wajar dalam bertani adalah :
a. Kesuburan tanah
b. Iklim . seperti hujan terus menerus.
c. Tanah
d. Sifat bertani
e. Hama wareng.
2. Faktor tidak Wajar
Adapun faktor yang tidak wajar dalam bertani adalah :
Faktor dimana sumber pengetahuan bertani hanya sekedar tau saja. Tidak menggunakan ilmu pengetahuan. Contoh ketika tanamannya diserang oleh hama wareng, mereka cenderung berfikir yang tidak rasional. Hal tersebut karena jiwa petani labil atau goyah. Ketika sesuatu yang tidak dipahami, maka para petani berfikir yang tidak rasional. Seperti melakukan sesajen, mendekatkan kepada hal yang mistik. Percaya kepada dewi sri, lari kepada dukun, paririmbon, ulama ada juga kedua-duanya.
Peranan ulama atau dukun sangat dihormati oleh petani saat itu. Sehingga mereka sering disebut an Official Religius Village Elite (Pemimpin/tokoh masyarakat) atau pemimpin in formal.
Kenapa dukun pada waktu itu disebut sebagai tokoh masyarakat ?
Karena dukun tersebut dianggap dapat memberikan solusi dan juga para alim ulama yang memberi fatwa-fatwa yang menyenangkan.
Yang kedua sering disebut pemimpin formal seperti Lurah dan aparatnya. Petani pada waktu itu percaya kepada hal-hal yang mistis.ata tidak masuk akal Seperti :
a. Dukun
b. Paririmbon
c. Klenik
d. Kabalistis
e. Isim.
• Kabalistik adalah percaya kepada angka-angka, bahwa angka-angka tersebut memiliki makna.
• Percaya kepada ISIM, isim adalah suatu benda yang memiliki kekuatan tertentu. Contoh : memasang susuk, besi kuning dan lain sebagainya.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PETANI DESA"
Post a Comment